word definisi


LANDASAN TEORI ATONIA UTERI

A.      Definisi

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnay plasenta menjadi tidak terkendali. Umumnya perdarahan karena atonia uteri terjadi dalam 24 jam pertama post partum (APN, 2007).

B.      Gejala dan Tanda

  1. Perdarahan pasca persalinan
  2. Uterus lembek dan tidak berkontraksi

C.      Penanganan Atonia Uteri

  1. Segera lakukan kompresi bimanual internal :
    1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut memasukan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
    2. Periksa vagina dan serviks untuk mengetahui ada tidaknya selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri yang memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
    3. Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, menekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
    4. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
    5. Evaluasi hasil kompresi bimanual internal.
  • Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara melekat selama kala IV
  • Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut, segera lakukan penjahitan bila ditemukan laserasi.
  • Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal, kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
  1. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi). Alasan: ergometrin yang diberikan akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.
  2. Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infuse dan berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan : jarum dengan diamater besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat akan membantu mengganti volume cairan hilang selama perdarahan
  1. Pakai sarung tangan
  2. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera lakukan rujukan. Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat difasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan tranfusi darah.
  3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI dan infuse cairan hingga ibu tida ditempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tidak difasilitas rujukan:
    1. Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
    2. Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter dan kemudian berikan 125 ml/jam
    3. Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.


Kompresi Bimanual Eksternal

  1. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis
  2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (di belakang korpus uteri), usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
  3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut. Hal ini dilakukan untuk membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus. (Asuhan Persalinan Normal, 2004).


Deteksi dini penyulit persalinan
Temuan – temuan Normal dan Abnormal dari Partograf
  1. 1.        Denyut Jantung Janin
Normal                 : 120 – 160 x/menit
Abnormal  : < 120 x /menit atau > 160 x /menit
                               (curigai adanya gawat janin)
Penanganan :
  1. Bila sedang dalam infus oksitosi, segera hentikan.
  2. Ibu berbaring miring ke kiri.
  3. Cari penyebab DJJ yang abnormal, misalnya ibu demam/efek obat tertentu. Bila penyebab diketahui, atasi permasalahannya.
  4. Lakukan PD untuk mengetahui hal-hal berikut :
-          Kemajuan persalinan
-          Adakah kompresi tali pusat
-          Air ketuban sedikt
  1. Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka kompresi tali pusat diatasi dengan amnio infuse
  2. Bila DJJ tetap abnormal, segera akhiri persalinan dengan cara yang sesuai syarat tindakan :
-          EV.EF atau
-          SC
  1. Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardi akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan.       
 2.        Air Ketuban
Normal :
-     U  : selaput utuh
-     J  : selaput pecah, air ketuban jernih
Abnormal :
-       M  : Air ketuban bercampur mekonium
-       D  : Air ketuban bercampur darah
-       K  : Tidak ada cairan ketuban/kering
Penanganan :
  1. Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan nafas.
  2. Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mounth to mounth respiration, heart massae (masase jantung) atau menekan dan melepaskan dada bayi. Pemberian O2 harus hati-hati, terutama pada bayi premature bisa menyebabkan lenticlar fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam sehingga bayi menjadi tua.
  3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat di rendahkan  supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
  4. Pemberian coramine, lobelin, sekarang tidak dilakukan lagi.
  5. Kalau ada dugaan perdarahan otak diberikan injeksi vitamin K 1-2 mg
  6. Berikan tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
3.        Perubahan Bentuk Kepala
Normal :
-        0  : Sutura terpisah
-        1  : Pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat/bersesuaian
-        2  : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
Abnormal :
-3  : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan persalinan dan posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi sempurna digolongkan dalam malpersentasi.
Penurunan Kepala
Normal :
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dengan adanya kontraksi kepala semakin turun hingga dasar panggul
Abnormal :
-Bagian terbesar kepala tidak masuk panggul.
-Dengan adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan, kepala mengalami kemajuan yang kurang baik, pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama.
Penanganan :
-            Perubahan bentuk kepala dengan molase tingkat 3 dan kepala tidak turun walaupun ada his
              Penanganan CPD :
  1. Secsio Cesarea dapat dilakukan secara efektif atau primer yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan berlangsung selama beberap waktu.
-            SC efektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup berat atau karena terdapat CPD yang nyata.
Selain itu SC tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan, apabila ada faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
-            SC sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau karena indikasi untuk menyelesaikan persalinan secepat mungkin sedangkan syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.
  1. Partus Percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan berhubungan antara kepala janin dan panggul dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat sehingga diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
 4.        Pembukaan Mulut Rahim/Servik
Normal :
-            Kecepatan pembukaan servik paling sedikit 1 cm/jam selama persalinan
-            Fase aktif berlangsung disebelah kiri garis waspada.
-            Servik dipenuhi oleh bagian terbawah dari janin
Abnormal:
-     Kecepatan pembukaan servik lebih lambat
-     Fase aktif berlangsung disebelah garis waspada
  Penanganan :
Fase aktif > 8 jam :
-          Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan servik serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu.
-          Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan servik, lakukan drip oxsitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dextrose/NaCl mulai dengan 8 tetes/menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaianulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan oxsitosin lakukan SC.
-          Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh selama pemberian oxitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan HIV.
-          Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc dextrose / NaCl mulai dengan                 8 tetes / menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 29 IU sebagai dosis awal dan           1 gram IU setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 8 gram.
 5.        W a k t u
Normal :
-     Fase aktif tidak boleh > 8 jam
-     Persalinan tidak berangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Abnormal :
-       Fase aktif > 8 jam
-       Persalinan telah berlangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Penanganan :
Persalinan yang telah berlangsung > 12 jam :
-          Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan. Mengedan dan menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ. Bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat, dalam hal ini lakukan tindakan extraksi vacuum / forceps bila syarat terpenuhi.
-          Bila mal persentasi dan tanda obstruksi bisa di singkirkan berikan oxsitosin drip. Bila pemberian oxitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vacum / forceps bila persyaratan dipenuhi lahirkan dengan SC bila persyaratan vacuum dan forceps tidak dipenuhi.
 6.        Kontraksi
Normal :
Kontraksi teratur yang progresif dan peningkatan frekuensi dan durasi.
Abnormal :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
Penanganan :
  • Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia Uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi/obstruksi bias disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uters yang tidak adekuat.
-       Lakukan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc Dextrose (NaCl) / prostaglandin.
-       Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap jam :
  • Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC.
  • Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
7.        Tekanan Darah
Normal :
-     Sistolik : 110-140 mmHg
-     Diastolik          : 60-80 mmHg
Abnormal :
-     Sistolik : < 110 atau >140 mmHg
-     Diastolik          : < 60 atau >90 mmHg
Urin :
Normal :
-     300 -350 mmHg, tidak ada proteinuri dan aseton
Abnormal :
-     Terdapat aseton dan proteinuri
Penanganan :
-          Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-110 mmHg.
-          Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge/>)
-          Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
-          Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteiniru.
-          Jika jumlah urin < 30 ml perjam :
  • Infuse cairan dipertahankan 11/8 jam
  • Pantau kemungkinan edem paru
-          Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
-          Observasi tanda-tanda vital, refleks dan DJJ setiap jam
-          Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edem paru. Krepitasi merupakan tanda-tanda edem paru, jika edem paru, stop pemberian cairan, dan berikan deuretik misanya Furesemide 40 mg IU.
-          Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bed side. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati.
 8.        N a d i 
Normal :
-     50 x / menit – 100 x / menit
Abnormal :
-     Denyut nadi ibu meningkat, mungkin dalam keadaan dehidrasi.
 Penanganan :
-     Beri minum yang cukup, evaluasi kondisi patologis lain.
 9.        S u h u 
Normal :
-     36 – 37,5 oC
Abnormal :
-     > 37,5 oC (infeksi)
-     < 36 oC    (dehidrasi)
Penanganan :
-     Lakukan penanganan infeksi.